BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Struktur
Organisasi adalah keseluruhan dari tugas-tugas yang dikelompokkan ke dalam
fungsi-fungsi yang ada sehingga merupakan suatu kesatuan harmonis, yakni
diarahkan dan dikembangkan secara terus menerus pada suatu tujuan tertentu
menuju kondisi optimal. Struktur suatu organisasi digambarkan dalam bentuk
suatu skema organisasi atau organigram, yaitu suatu lukisan grafis yang
menjelaskan berbagai hubungan organisatoris, baik vertikal maupun horizontal,
terbagi antar bagian maupun antar individu. Dengan kata lain, organigram
memberikan gambaran tentang struktur personalia, yakni penempatan
individu-individu pada posisi-posisi yang ada dalam suatu organisasi. Hal ini
dimasukkan untuk menentukan siapa-siapa yang memegang tampuk pimpinan, apa dan
kepada siapa tugas, wewenang, tanggung jawab, serta posisi diberikan.
Penyusunan struktur organisasi perlu
dilandasi oleh ide dan imajinasi yang memungkinkan berkembangnya diri individu
yang akan menangani permasalahan organisasi. Analisis faktor-faktor relevan
yang berpengaruh terhadap pengaturan rumah tangga perusahaan secara efektif dan
efisien, akan melahirkan teori-teori, yang didasarkan pada hipotesis kerja
tertentu yang berkenaan dengan pelaksanaan yang efektif dan efisien dari
kegiatan organisatoris, termasuk didalamnya mengenai “ perilaku manusia “ dalam
organisasi. Teori-teori itu dapat dikelompokkan kedalam konsep-konsep dan cara
pendekatan yang berkenaan dengan struktur ( bentuk organisasi ) dan
proses-proses ( tata kerja organisasi ).
Struktur menggambarkan kaitan
antarorgan dalam suatu organisasi, sedangkan proses menggambarkan kumpulan
tahap-tahap kegiatan yang teratur dan saling memiliki ketergantungan. Secara
garis besar teori organisasi klasik (tradisional) dan teori organisasi modern.
Pada hakikatnya perbedaan antara kedua teori organisasi tersebut tidak terletak
pada struktur atau bentuk organisasinya, namun secara hakiki terletak pada
sudut pandang mengenai “Perilaku Manusia” dalam organisasi dimana dalam teori
organisasi modern, “Kepemimpinan” dapat diterapkan sebaik-baiknya.
Dalam pendekatannya, teori klasik lebih bersifst
struktural dan memiliki ciri-ciri tekhnik ekonomis dimana individu akan selalu
berusaha memuaskan kebutuhannya secara rasional atau yang secara ekonomis dapat
dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu, perilaku individu dalam organisasi
hanya akan dipengaruhi oleh “Stimulus financial” (Imbalan materi). Jadi, nilai
perilaku individu dalam organisasi ditentukan oleh balas jasa upah yang
diterimanya ( Individu diibaratkan sebagai “mesin yang berpikir”).
Pada teori klasik, sistem pengupahan yang adil didasarkan
kepada besaran produk yang dihasilkan, dapat diukur dan dapat dihitung secara
nyata dan ditujukan bagi kepentingan terpenuhinya kebutuhan individu maupun
organisasi (bersifat harmonis). Hal ini berarti, makin besar prestasi yang
dicapai makin besar upah yang diperoleh para pekerja.
Berdasarkan struktur organisasi dapatlah dibedakan
berbagai stel-stel organisasi yang merupakan pola dasar organisasi. Namun,
dalam penerapannya pola ini jaraang atau tidak dianut secara murni, melainkan
merupakan sesuatu kombinasi dan secara evolusi senantiasa mengalami perubahan
didasarkan pada “kondisi objektif” yang dihadapi oleh organisasi tersebut.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.
Pengertian Organisasi?
2.
Bagaimana tipe atau bentuk pada organisasi?
3.
Bagaimana struktur atau skema pada
organisasi?
1.3 TUJUAN MASALAH
1.
Untuk mengetahui pengertian Organisasi.
2.
Untuk mengetahui Tipe atau Bentuk pada
Organisasi.
3.
Untuk mengetahui Struktur atau Skema pada
Organisasi
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Organisasi
Organisasi adalah hasil dari penciptaan kerjasama yang
efisien antara orang dan alat-alat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dalam pengertian yang lebih modern, organisasi memiliki makna sebagai keseluruhan
hubungan diantar orang-orang yang secara disadari atau tidak, disengaja atau
tidak, bekerja sama untuk memajukan kepentingan-kepentingan pribadi mereka
melalui pencapaian tujuan tertentu.
2.2 Tipe atau Bentuk
Organisasi
Tipe Organisasi Didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme
formal organisasi yang sudah diolah. Struktur ini terdiri dari unsur
spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi
dalam pembuatan keputusan dan ukuran satuan kerja. Pada saat ini Tipe atau Bentuk
Organisasi terdapat 6 bentuk organisasi yang perlu diperhatikan.
Ø ORGANISASI GARIS
Organisasi garis
(hierarki) yang di pelopori H.Fayol merupakan stelsel organisasi yang tertua.
Ciri khas struktur organisasi ini ialah pelaksanaan perintah berjalan secara
vertical mengikuti garis instruksi dari atas ke bawah. Dalam hal ini, setiap
perintah di salurkan melalui garis, yang secara keseluruhan membentuk garis fungsionaris.



PELAKSANA
Gambar 2.1
Bagan organisasi
garis(hierarki)
Ciri – ciri utama
Organisasi garis adalah :
● Adanya kesatuan
pimpinan, yang berarti setiap partisipan dalam organisasi di pimpin oleh
seorang pemimpin yang berada langsung di atasnya;
● Adanya hierarki
kekuasaan yang jelas, yang berarti setiap individu dalam organisasi adalah
pemimpin dari tenaga kerja yang berada di bawahnya, dan menjadi pelaksana
terhadap atasannya.
Susunan hierarki
kekuasaan ini akan menimbulkan masalah delegasi serta pengaturan yang berkaitan
dengan tugas, wewenang, dan pertanggungjawaban. Delegasi adalah”Pelimpahan
tugas(wewenang dan tanggung jawab)kepada individu – individu yang ada di
bawahnya”, wewenang adalah “Hak atau kekuasaan untuk melaksanakan suatu tugas
tertentu, yang di peroleh baik secara hokum, kekuasaan, pengetahuan, ataupun
pengalaman”. Pada batas – batas tertentu, dalam suatu wewenang terkandung
kesempatan untuk mengembangkan inisiatif atau dengan kata lain individu dapat
mengambil suatu tugas yang akan di laksanakan. Pertanggung jawaban berarti
dapat dimintai tanggung jawab, dengan kata lain dapat memberikan pembenaran
diri atas perbuatan atau situasi yang telah di ciptakannya.
Kaitan diantara delegasi, wewenang,
dan tanggung jawab dapat terlihat pada gambar 2.2 berikut ini.
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
(Delegasi) (tanggung jawab)
Gambar 2.2
Hubungan delegasi, wewenang dan tanggung jawab
Organisasi garis
memiliki kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahan, yaitu sebagai berikut:
Kebaikan-Kebaikan:
·
Strukturnya sederhana, jelas , dan mudah
terlihat secara menyeluruh.
·
Hierarki kekuasaannya jelas serta lebih
terpusatnya pengawasan pelaksanaan tugas.
·
Adanya kejelasan pertanggung jawaban terhadap
pelaksanaan tugas.
·
Pucuk pimpinan senantiasa akan memperoleh
pengalaman dan pengetahuan yang menyeluruh terhadap orang yang di pimpinnya
(yang paling lengkap).
Kelemahan-kelemahan:
·
Adanya persyaratan bahwa setiap perintah dan
laporan (pertanggungjawaban) harus menempuh hierarki kekuasaan yang biasanya
panjang, sehingga dapat menimbulkan kekakuan dan birokratisme;
·
Pimpinan yang otokratis akan mudah menghambat
kegiatan-kegiatan yang inovatif dan bawahan;
·
Melimpah dan beraneka-ragamnya pekerjaan akan
menimbulkan beban kerja secara berlebihan pada pucuk pimpinan;
·
Tidak adanya hubungan horizontal, akan
menimbulkan kesulitan untuk melakukan koordinasi diantara setiap bagian yang
setingkat. Untuk memecahkan masalah ini diadakan hubungan paralel (passerelle)
yang memungkinkan terlaksananya hubungan horizonntal (secara insidental) atas
sepengetahuan pucuk pimpinan.
Perlu diperhatikan
disini bahwa pemusatan pengawasan oleh pucuk pimpinan memiliki
keterbatasan-keterbatasan dalam “daya jangkau” dan “daya penanganan’.
Daya jangkau pemimpin melliputi para
bawahan yang langsung dipimpinnya, sedangkan daya penanganan meliputi kemampuan
pimpinan dalam mengarahkan para bawahannya secara efektif dan efisien. Dahulu,
dalam kaitannya dengan organisasi garis ini, perhatian orang dicurahkan
terutama pada dimensi horizontal yang berkenaan dengan aspek scope of control,
namun dewasa ini dimensi vertikal mendapat perhatian pula berkenaan dengan
sampai sejauh mana pimpinan mampu mengatur dan mempengaruhi kegiatan organisasi
melalui hierarki kekuasaan yang ada. Ini berarti pencurahan perhatian pada
“aspek komunikasi”.
Jelaslah disini bahwa faktor-faktor
seperti volume dan sifat pekerjaan, diferensiasi atau spesialisasi kegiatan
organisasi memegang peranan penting dalam memcahkan masalah keterbatasan daya
penanganan. Untuk menghilangkan keterbatasan daya penanganan pimpinan, dapat
dilakukan penyesuaian struktur organisasi sebagai berikut :
·
Menyisipkan satu tingkat pimpinan baru;
·
Menempatkan seorang asisten dalam hierarki
kekuasaan yang berfungsi melaksanakan tugas pimpinan;
·
Memperluas struktur organisasi baik kedalam
bentuk “fungsional” maupun ke dalam bentuk “garis dan staf”.
Ø ORGANISASI FUNGSIONAL
F.W Taylor dapar
dianggap sebagai penemu organinsasi fungsional yang dikenal juga dengan scientific management. Pengaturan organisasi fungsional ini
dibangun oleh Taylor beranjak dari pengamatannya terhadap kelemahan-kelemahan
organisasi garis yang bersifat kaku serta yang berkaitan dengan msalah daya
penanganan. Tugas pimpinan menjadi terlalu luas serta mengandung keanekaragaman
jenis dan nilai pekerjaan. Tidak seperti halnya Fayol, pengaturan organisasi
yang dibangun oleh Taylor memusatkan pendekatannya pada pimpinan
ditempat-tempat kerja (apa yang disebut shop management). Jadi, Taylor lebih
memusatkan pendekatannya pada tingkat bawah organisasi dan hasil-hasil penemuan
penelitian ilmiahnya dikenal dengan time and motion study (studi waktu dan
gerak) dan material study (studi penggunaan bahan).
Ciri-ciri dari organisasi fungsional
adalah sebagai berikut :
·
Adanya pemisahan antara pimpinan bagian
perencanaan (planning) dan pelaksanaan (ditempat kerja), dengan tujuan
membebaskan mandor kerja dan mandor kelompok dari pekerjaan-pekerjaan
administratif.
·
Adanya hubungan langsung antara bagian
perencanaan dan petugas pelaksana, sehingga setiap petunjuk dan pengarahan
dapat disampaikan langsung kepada para pelaksana tanpa melalui pimpinan
pelaksanaan.
·
Adanya pembagian tugas pimpinan yang
berkaitan dengan pengawasan pelaksanaan pekerjan.
Sistem Taylor dapat
dikategorikan sebagai diferensiasi horizontal berdasarkan fungsi-fungsi yang
ada, dimana struktur organisasi deikelompokkan kedalam :
a. Tiga orang mandor
perencana yang terdiri :
·
Penyiap kerja (order of work and route
lerk/OR) yang bertugas menetapkan tahap-tahap pelaksanaan kerja seperti urutan
kerja, mesin-mesin, dan bahan-bahan yang diperlukan;
·
Penulis kartu kerja (instruction card
clerk/IC), yang bertugas menyusun kartu-kartu instruksi (Uraian tugas) secara
terinci berdasarkan rencana kerja yang telah disusun
·
Penghitung waktu dan biaya (time and cost
clerk/TC) yang bertugas menetapkan biaya-biaya berdasarkan waktu kerja dan
penggunaan faktor-faktor produksi.
b.
Empat orang mandor pelaksana yang terdiri dari:
·
Mandor kelompok (gangboss/GB), yang bertugas
melaksanakan segala persiapan bagi kelancaran jalanannya produksi seperti
mempersiapkan mesin-mesin dan penyediaan bahan-bahan;
·
Mandor pelaksana kerja (speedboos/SB), yang
bertugas memimpin jalannya pekerjaan, memberikan penjelasan yang diperlukan dan
terutama mengawasi kecepatan jalannya pekerjaan;
·
Inspektur (inspector/IN), yang bertugas
memperhatikan kualitas produk;
·
Mandor pemeliharaan (repairboss/RB), yang
bertugas memelihara dan memperbaiki peralatan pabrik.
Disamping
ketujuh mandor tersebut terdapat pula mandor tata-tertib kerja (disciplinarian)
yang bertugas disamping mengawasi ketertiban dan kelancaran jalannya pekerjaan,
juga memberikan saran dalam penerimaan kerja. Dengan kata lain, ia berfungsi
sebagai penanggung jawab umum dalam hal yang berkaitan dengan kepegawaian, baik
pada bagian perencanaan maupun bagian pelaksaa, karenanya seperti terlihat pada
Gambar 2.3 ia berfungsi sebagai “mediator” dari kepala bagian.
![]() |
Gambar 2.3 Bagan struktur organisasi fungsional
Sistem
organisasi fungsional ini menurut Taylor telah gagal dalam mengatasi
kelemahan-kelemahan yang ada pada organisasi garis disebabkan oleh
prinsip-prinsip analisis kerjanya lebih ditujukan untuk mengelompokkan daripada
mengintegrasikan pelaksaan kerja. Memang, kegiatan perencanaan dan pelaksaan
pada hakikatnya merupakan bagian tersebut dari suatu tugas tertentu, namun
secara organisatoris konsekuensi yang akan dihadapi dengan memisahkan kegiatan
pimpinan ke dalam tugas-tugas tertentu, pada umunya akan menimbulkan masalah
koordinasi yang dulit diatasi.
Namun
demikian, sistem Taylor ini telah merangsang ide-ide dalam menangani
organisasi. Dalam hal pelaksaan teknis seperti penggunaan kartu-kartu instruksi, telah memeperlihatkan hasil yang memuaskan.
Di sini dari bagian perencanaan para pekerja menerima kartu-kartu dimana mereka
harus “mencatat” awal dan akhir pelaksaan suatu tugas tertentu dan bahan-bahan
yang telah dipergunakan, yang semuanya ini akan dijadikan dasar bagi
perhitungan harga pokok. Selanjutnya, dalam hal pengorganisasian kegiatan
prodiksi, telah diterpakan berbagai stelsel dimana hubungan fungsional lebih
jelas terlihat seperti apa yang tampakn pada gambar 2.4 .
Gambar
2.4 bagan organisasi fungsional kegiatan produksi
Kebaikan dari
pengaturan organisasi fungsional adalah dimungkinkannya pembagian kerja
didasarkan tingkat spesialisasi ini antara lain meliputi:
·
Tidak adanya kesatuan perintah yang
mengakibatkan pengambilan keputusan dan pengawasan kurang teramati secara menyeluruh;
·
Ketidakjelasan dalam pembagian tugas secara
fungsional akan menghambat kelancaran organisasi
·
Terlalu menekan inisiatif yang datang dari
para pelaksana.
Ø ORGANISASI GARIS DAN STAF
Agar kesatuan
perintah dapat dipertahankan, serta daya penanganan pimpinan dapat diperluas,
H. Emerson telah menyusun stelset
organisasi garis dan staf, yakni suatu organisasi garis yang dilengkapi
dengan staf ahli, yang disusun sebagai fungsionaris
staf.
Bagan organisasi garis dan
staf
Organisasi
garis dan staf memiliki pula kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahan, yaitu sebagai
berikut:
·
Kesatuan perintah dapat
terus dipertahankan;
·
Para fungsionaris garis
dapat mencurahkan perhatiannya pada beberapa aspek tertentu yang dianggap
penting.
Kelemahan-kelemahannya,
antara lain:
·
Tidak tertutup kemungkinan
para staf ahli bertinda diluar batas kewenangan sebagai pemberi nasihat,
terutama dalam menangani hal-hal yang sangat spesifik dan kompleks, akan
mengakibatkan fungsionaris staf dapat berperan sebagai fungsionaris garis;
·
Ada kemungkinan
nasihat-nasihat yang diberikan bersifat terlalu teoritis sehingga sulit untuk
bisa diterapkan, terutama dalam kondisi dimana fungsionaris garis selalu ingin
mengukuhkan otoritasnya, sehingga para staf ahli terpaksa memberian dukungan
dengan menyampaikan abstraksi teoritisnya.
Untuk
mengatasi permasalahan pada butir pertama diatas, disini wewenang staf dapat
dialihkan menjadi wewenang fungsional terhadap fungsionaris garis. Keadaan ini
terutama didorong dalam menghadapi situasi yang kompleks, dibutuhkannya
pengetahuan yang spesifik yang dalam praktiknya sering terjadi bila bagian
tertentu organisasi dirasakan kegunaannya oleh yang lainya (bagian personalia
dan administrasi pusat). Dalam hal ini, wewenang
fungsional mengandung dua aspek, yaitu:
·
Kewajiban untuk memberikan
saran-saran tanpa diminta terlebih dahulu;
·
Hak untuk memberikan
instruksi (yang dianggap mendesak) bagi pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan
tertentu kepada individu-individu atau bagian-bagian yang tidak secara langsung
berada dbawah kewenangannya, seperti adanya instruksi mengenal ketentuan untuk
melaksanakan kebijakan atau cara kerja tertentu dalam rangka mencapai suatu
uniformitas pelaksanaan kerja.
Perlu diperhatikan pola
dalam wewenang fungsional ini, para staf hanya bertanggung jawab terhadap
“mutu” dari instruksi yang diberikan dan berkaitan dengan pelaksana pekerjaan
dari instruksi tersebut. Jika penggunaan wewenang fungsional ini acapkali
diterapkan, maka hal ini disebut sebagai stelsel organisasi garis dan staf
fungsional. Seperti terlihat pada gambar berikut:

Ø SISTEM KOMITE
Sejalan dengan semakin bertambahnya
permasalahan kompleksitas organisasi yang diikuti dengan bertambahnya jumlah
para fungsionaris garis dan staf (fungsional), maka timbulah kebutuhan perlunya
musyawarah bersama dimana situasi dan kondisi yang ada dalam stelsel-stelsel
yang telah dibahas dapat diperbaiki sehingga perkembangan organisasi dapat
direncanakan dengan lebih baik lagi.
Musyawarah bersama dilaksanakan
dalam bentuk komite atau komisi yang bertugas membahas permasalahan organisasi,
atau menentukan kebijakan dalam meghadapi situasi tertentu, baik secara
periodik maupun pada masa-masa kritis atau insidentil. Komisi-komisi ini pada
hakikatnya tidak merupakan stelsel yang berfungsi mandiri, namun melalui jangka
waktu panjang dapat memiliki pola struktur tertentu. Komisi-komisi ini dapat
berbentuk antara lain:
·
Kelompok kerja yang terdiri dari
individu-individu dari berbagai fungsi organisasi untuk pengambilan keputusan
bersama. Kelompok kerja ini dapat disusun secara horizontal (pada tingkat
hierarki yang sama), vertikal (pada tingkat hierarki yang berbeda) ataupun
kombinasi dari keduanya.
·
Kelompok studi yang dibentuk secara temporer
dan bertugas meneliti masalah-masalah tertentu yang sudah diagendakan, untuk
kemudian diajukan pada pimpinan dalam bentuk saran-saran.
·
Kelompok penghubung yang bertugas untuk
memperbaiki dan meningkatkan koordinasi pelaksanaan pekerjaan dari berbagai
bagian, misalnya komisi produk.
·
Kelompok instruksi yang bertugas menyusun
kelompok-kelompok instruksi dengan maksud mempersiapkan para pegawai memasuki
sistem kerja otomatisasi.
·
Kelompok pengarah atau komisi proyek yang
sering ditemui jika perusahaan ingin mengubah sistem pekerjaan (otomatisasi),
sistem organisasi (reorganisasi) maupun perluasan organisasi intern-ekstern
Istilah “komisi”
dalam organisasi masih memiliki citra yang kurang baik, terutama akhir-akhir
ini banyak orang yang menganggap pembentukan komisi hanyalah sekedar dalih
untuk mengalihkan perhatian orang dari permasalahan yang sesungguhnya. Namun
demikian, hal ini sangat bergantung pada apa yang diharapkan atau dituju
organisasi “komisi” tersebut.
Agar sistem
komisi dapat berfungsi dengan baik, ada beberapa persyaratan pokok yang perlu
dipenuhi, yakni:
·
Tujuan komisi harus diuraikan dengan jelas.
·
Adanya pembatasan kelompok yang jelas.
·
Komposisi anggota kelompok harus seimbang
serta jumlahnya dibatasi (5-7 orang).
·
Adanya tenaga inti yang tetap dalam kelompok.
Sistem komisi
mengandung pula kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahan, yaitu sebagai
berikut:
Kebaikan-kebaikannya
antara lain:
·
Memperluas wawasan analisis.
·
Meningkatkan koordinasi dan kontinuitas
organisasi.
·
Memberikan peluang penanganan masalah yang
lebih ke integrasi.
Kelemahan-kelemahannya
antara lain:
·
Adanya peningkatan biaya.
·
Terlalu banyak kompromi oleh karenanya,
secara periodik efektivitas musyawarah perlu dievaluaso.
Ø ORGANISASI MATRIKS
Sistem organisasi yang dibangun
berdasarkan struktur komisi secara terus-menerus dikenal dengan nama
“organisasi matriks” dan umumnya dijumpai pada badan-badan usaha yang memiliki
beberapa satuan kegiatan produksi yang bersifat otonom. Tujuan pokok dari
organisasi matriks adalah untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada
dalam stelsel organisai garis sebagai akibat “langkanya” koordinasi
antarbagian, terutama dalam kegiatan proses produksi.
Pada sistem matriks ini, disamping
sebagaimana biasanya secara vertikal
struktur organisasi disusun berdasarkan pemilahan fungsi-fungsi yang ada
(diferensiasi), juga secara horizontal diadakan jaringan hubungan tetap antar fungsionaris
yang bertanggung jawab terhadap produk-produk atau proyek-proyek tertentu.
Disamping itu, mudah terjalin “alih pengetahuan dan pengalaman” dari satu
proyek ke proyek lain.
Dengan demikian, sistem ini memiliki
bentuk seperti halnya pada model matriks ilmu pasti yang menggambarkan
hubungan-hubungan sejumlah faktor tertentu yang terdapat dalam kaitan ini. Di
satu pihak menggambarkan diferensiasi fungsional, dan dipihak lain terdapatnya
keterlibatam para ahli dalam penanganan proyek atau produk tertentu.
Pimpinan proyek dalam melaksanakan
tugasnya meminta bantuan individu-individu yang berada pada bagian fungsional
(walaupun tidak seluruhnya). Dengan demikian, individu-individu tersebut yang
terlihat dalam kelompok proyek ini memiliki dua atasan, yakni pimpnan proyek
(diproyek) dan pimpinan fungsionaris (dibagian). Dalam hal ini kejelasan
wewenang dan tanggung jawab setiap pihak sangat diperlukan agar terciptanya
kelancaran kerja. Sistem matriks mengandung pula kebaikan-kebaikan dan
kelemahan-kelemahan yaitu sebagai berikut:
Kebaikan-kebaikannya
antara lain :
·
Adanya fleksibilitas, dimana stelsel ini
dapat dengan mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan volume kesibukan
organisasi dalam mengelola proyek-proyeknya.
·
Penempatan tenaga fungsional dapat lebih
terkoordinasi dengan lebih baik.
·
Proses pengambilan keputusan dapat
dilaksanakan dengan cepat.
·
Pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dan
pengeluaran biaya dapat lebih terkendali.
Kelemahan utamanya
adalah tidak adanya kesatuan perintah. Namun, pada hakikatnya tidak ada satu
pun stelsel organisasi yang dapat berfungsi sebagai alat pemecahan masalah jika
tidak didukung oleh kesiapan dan kesediaan para partisipannya.
2.3 Struktur atau Skema Organisasi
Struktur organisasi adalah sekumpulan komponen-komponen
(unit-unit kerja) yang telah disusun dalam organisasi. Struktur organisasi
berguna untuk menunjukkan adanya beberapa pembagian kerja dan menunjukkan
bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda agar bisa
dikoordinasikan . Selain itu struktur organisasi juga menunjukkan
spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan.
Struktur Organisasi juga merupakan suatu kerangka yang
menunjukkan seluruh kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk mencapai tujuan
organisasi, yang berhubungan dengan fungsi, wewenang dan tanggung jawab untuk
mencerminkan mekanisme-mekanisme formal pada pengelolaan organisasi
Menurut Keith Davis ada 6 bagan bentuk struktur
organisasi yaitu :
1.Bentuk Vertikal
Dalam bentuk ini, sistem organisasi pimpinan sampai
organisasi atau pejabat yang lebih rendah digariskan dari atas ke bawah secara
vertikal.
2.Bentuk Mendatar / Horizontal
Dalam bentuk ini, saluran wewenangnya dari pucuk
pimpinan sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah disusun
atau digariskan dari kiri kea rah kanan atau sebaliknya.
3.Bentuk Lingkaran
Dalam bentuk lingkaran, saluran wewenangnya dari pucuk
pimpinana sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah disusun
dari pusat lingkaran ke aarah bidang lingkaran.
4.Bentuk Setengah Lingkaran
Dalam bentuk ini, saluran wewenang dari pucuk pimpinan
sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah disusun dari pusat
lingkaran kea rah bidang bawah lingkaran atau sebaliknya
5.Bentuk Elliptical
Dalam bentuk ini, saluran wewenangnya dari pucuk
pimpinan sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah digambarkan
dengan pusat Elips kearah bidang elips
6.Bentuk Piramid terbalik
Dalam bentuk ini, saluran wewenang dari pucuk pimpinan
sampai dengan organisasi atau pejabat terendah digambarkan dalam susunan
berbentuk piramid terbalik.
Skema atau bagan organisasi adalah suatu lukisan
tentang organisasi yang dimaksudkan untuk menggambarkan susunan dari organisasi
baik mengenai fungsi, bidang, tingkatan maupun rentang kendalinya.
Macam-macam Skema Organisasi:
1. Skema Organisasi Fungsional: Dalam skema organisasi
fungsional, menjelaskan tentang letak dari fungsi-fungsi tugas dalam
hubungannya dengan fungsi-fungsi yang lain.
2. Skema Organisasi Jabatan Dalam skema organisasi
jabatan, menjelaskan tentang garis wewenang yang harus dianut sesuai dengan
jabatan masing-masing.
3. Skema Organisasi Nama Dalam skema organisasi nama,
menjelaskan tentang garis wewenang yang harus dianut sesuai dengan nama-nama
para pejabat yang bersangkutan.
4. Skema Organisasi Nama dan Jabatan Dalam skema
organisasi nama dan jabatan, menggabungkan antara masing-masing jabatan dengan
masing-masing nama para pejabat dalam suatu organisasi.
5. Skema Organisasi Struktur Dalam skema organisasi
truktur, menjelaskan tingkatan jenjang antara unit-unit dalam organisasi
tersebut
Berdasarkan teknik atau cara membuatnya:
1. Skema organisasi Tegak Lurus dari atas kebawah
2. Skema organisasi Mendatar dari kiri kekanan
3. Skema organisasi gabungan Tegak Lurus dan Mendatar
4. Skema Organisasi Lingkaran
5. Skema Organisasi Gambar
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 KESIMPULAN
Organisasi
adalah hasil dari penciptaan kerjasama yang efisien antara orang dan alat-alat
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam pengertian yang lebih
modern, organisasi memiliki makna sebagai keseluruhan hubungan diantar
orang-orang yang secara disadari atau tidak, disengaja atau tidak, bekerja sama
untuk memajukan kepentingan-kepentingan pribadi mereka melalui pencapaian
tujuan tertentu.
Tipe
Organisasi Didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal organisasi yang
sudah diolah. Struktur ini terdiri dari unsur spesialisasi kerja, standarisasi,
koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan
ukuran satuan kerja.
Struktur organisasi adalah
sekumpulan komponen-komponen (unit-unit kerja) yang telah disusun dalam
organisasi. Struktur organisasi berguna untuk menunjukkan adanya beberapa
pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan
yang berbeda-beda agar bisa dikoordinasikan . Selain itu struktur organisasi
juga menunjukkan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan
penyampaian laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Widyatmini & Izzati A, Pengantar Organisasi & Metode,
Jakarta: Gunadarma, 1996.
Prof. Dr. Faisal Afiff, Spec. Lic. Prof. Dr. R.
Paemeleire. L. Uytterschaut, Seluk Beluk Organisasi Perusahaan Modern, Bandung:
PT Eresco, 1994

Tidak ada komentar:
Posting Komentar